Tol Laut Hadir, Harga Barang Masih Tinggi

(WartaKominfo) – Kehadiran Tol Laut sebagai salah satu program prioritas dari nawacita Presiden Joko Widodo untuk darah tertinggal, terpencil, terluar dan perbatasan (T3P) diharapkan mampu membangun konektivitas transportasi laut yang efek dan efisien, sehingga mampu menjamin ketersediaan barang dan mengurangi disparitas harga.

Di Kabupaten Natuna, program tol laut belum dapat dirasakan oleh lapisan masyarakat seutuhnya mengingat masih terdapat beberapa persoalan yang harus dibenahi sedemikian rupa seperti adanya pelabuhan yang ada di Ibukota Kabupaten sehingga memperpendek jarak angkutan barang dari pelabuhan yang biasanya diangkut dari pelabuhan Selat Lampa dengan jarak lebih kurang 70 km.

Selain kendala di bidang infrastruktur, masih ada kendala lainnya seperti belum tersedianya sarana mobilitas pelabuhan seperti penggunaan kontener serta adanya aturan yang jelas terkait dengan pembayaran upah buruh.

“Jadi jika sudah dilengkapi sarana dan prasarana tol laut ini dan sudah beroperasi sebagaimana mestinya, mungkin tujuan untuk menekan disparitas harga dan penyebaran produk-produk itu akan tercapai. Dan disini juga kita harapkan adanya pedagang-pedagang baru pemanfaat tol laut tersebut karena selama ini kita melihat banyak pedagang yang memiliki agen kapal sendiri bahkan memiliki kapal sendiri” jelas Kepala Bidang Perindustrian dan Perdagangan Dinas Perindustrian Perdagangan Koperasi dan Usaha Mikro Kabupaten Natuna Ahmad Lianda Rangkuti dalam dialog interaktif KOPI PAGI RRI Ranai edisi (Jum’at, 19/07).

Ahmad Lianda juga mengatakan, secara garis besar pemanfaatan tol laut oleh masyarakat Natuna belum maksimal terutama bagi masyarakat di wilayah Kota Ranai dikarenakan adanya penambahan ongkos dari Selat Lampa ke Ranai sehingga harga barang yang ada di wilayah Kota Ranai masih tergolong tinggi.

Selain permasalahan penambahan ongkos, kurangnya pemanfaatan tol laut oleh masyarakat juga dikarenakan masyarakat merasa khawatir apakah tol laut ini akan continue selamanya. Sehingga apabila mereka akan beralih dari pola mereka selama ini melalui kapal-kapal milik pedagang, maka ada rasa ketakutan bahwa tol laut ini akan berhenti” lanjut Ahmad Lianda.

Hal lain yang dapat dijadikan alasan dari belum manfaatnya secara maksimal program tol laut oleh masyarakat itu menurut Kabid Perindustrian dan Perdagangan tersebut adalah kurangnya sosialisasi kepada masyarakat bahwa keberadaan tol laut ini akan berpengaruh besar terhadap harga barang apabila dimanfaatkan secara maksimal.
(Diskominfo/Mardi)