(WartaKominfo) – Bumingnya isu tentang adanya Lesbian, Gay, Biseksual dan Transgender atau sering disebut dengan LGBT di Natuna menjadi isu yang fenomenal ditengah masyarakat Natuna.
Pada hari Jum’at (19/11/2018), salah satu warga melaporkan adanya pasangan LGBT di daerah Teluk Baruk Desa Sepempang Kecamatan Bunguran Timur. Atas dasar laporan tersebut, para Aparat terkait dengan segera melakukan olah TKP dan telah menemukan sepasang LGBT sesuai dengan apa yang telah dilaporkan.
Camat Bunguran Timur Asmara Juana Suhardi membenarkan adanya peristiwa tersebut. “ Pada tanggal 19 Oktober 2018, kami mendapat laporan dari warga kami melalui Babinkantibmas wilayah Bunguran Timur Mugianto, yang menyampaikan bahwa ada laporan dari Rt Wilayah Sepempang yang menyatakan diwilayahnya terjadi penyimpangan seksual. Selesai shalat Jum’at kami langsung turun bersama Babinkantibmas, Babinsa dan Propos yang bertugas di Kompi Teluk Baruk itu”, terang Asmara Juana menceritakan kronologi kejadiannya dalam acara KOPI PAGI edisi Rabu (24/10).
Dengan telah ditemukannya pasangan LGBT di Teluk Baruk tersebut, dikhawatirkan akan muncul komunitas-komunitas LGBT di Natuna. Untuk itu, Asmara Juana berharap kedepannya agar aparat penegak hukum dapat mengungkap jaringan-jaringannya yang mungkin masih ada.
“ Besar harapan kami sebagai aparat yang memiliki kewenangan untuk mencegah hal ini terjadi lagi di wilayah Kecamatan Bunguran Timur khususnya dan di Kabupaten Natuna pada umumnya. Kami juga berharap pihak aparat penegak hukum dapat mengungkap jaringannya, karena khawatir akan muncul sebuah komunitas penyakit itu di daerah kita”, lanjut Asmara Juana.
Dalam kesempatan yang sama, Komisioner KPPAD Natuna Hj. Raja Feni Andriani mengatakan bahwa kasus LGBT ini merupakan pertama kalinya terjadi di Natuna. Dari pandangannya, kasus ini merupakan kasus kejahatan seksual sesama jenis pada anak, yang kebetulan korbannya masih dibawah usia 18 tahun.
Menurutnya “ini seperti fenomena gunung es, artinya kasus-kasus yang terjadi seperti ini biasanya korban cendrung malu dan korban itu baru akan melapor ketika menjadi viral. Tapi persoalan kasus ini kesannya adalah mereka suka sama suka”, ujar Raja Feni.
“Kita ketahui bahwa LGBT luar biasa. Jadi saya mengingatkan bahwa peran keluarga itu sangat penting bagaimana mengawasi dan membina anak-anak dalam pergaulannya”, pesan Raja Veni.
Pada kesempatan yang sama pula, H. Hermanto, salah satu warga yang turut gabung dalam acara KOPI PAGI juga menyampaikan kasus seperti ini ibarat gunung es yg baru ketahuan. Ia menganggap hal tersebut sebenarnya barang lama namun baru-baru ini meledak ditengah masyarakat. Ia juga mengapresiasi atas apa yang telah dilakukan oleh Camat Bunguran Timur dalam menghadapi kasus LGBT ini. Kedepannya ia berharap pihak kecamatan dapat lebih tegas dan kerjasama antar masyarakat itu yang lebih penting.
“Soalnya sampai pada hari ini apabila ada oknum-oknum tertentu yang ikut terlibat, maka ini yang susah bagi Pak Camat kita. Tapi ini juga kuncinya adalah masyarakat itu sendiri apakah masyarakat itu mau melaporkannya atau tidak”, ujarnya.
Menanggapi hal itu, Asmara Juana berharap dan menghimbau kepada seluruh jajaran masyarakat baik melalui Aparatur yang bertugas baik RT, RW, Kaling, Kades dan Lurah serta kepada seluruh komponen seperti Masjid, Surau dan Sekolah untuk tetap mewaspadai hal seperti ini. Ada 2 langkah yang harus dilakukan untuk mewaspadai munculnya LGBT yaitu mensosialisasikan untuk tetap peka terhadap kemungkinan-kemungkinan kejadian seperti ini. Kemudian melakukan langkah hukum yaitu harus berani melakukan laporan apabila mengetahui apalagi ada bukti.
(Diskominfo/Mardi)
