WartaKominfo _ Ketersediaan stok darah di RSUD Kabupaten Natuna kerap menjadi perbincangan atau polemik di tengah masyarakat kabupaten Natuna. Pasalnya, tak jarang ketika ada pasien kritis yang masuk rumah sakit, pihak rumah sakit baik melalui forum atau lembaga tertentu mencari para pendonor agar dapat mendonorkan darahnya untuk pasien. Oleh sebab itu, timbul pertanyaan apakah di rumah sakit tersebut tidak ada stok darah ?
Melalui dialog interaktif KOPI PAGI, Kepala Instalasi Lab dan Unit Transfusi Darah RSUD Kab. Natuna dr. Mona menerangkan bahwa jika ketersediaan stok darah di RSUD Kab. Natuna tidak ada itu adalah informasi yang tidak benar. Karena dijelaskannya bahwa stok darah di UTD RSUD Natuna masih cukup banyak dan masih mampu untuk mengkafer pasien yang ada. Bahkan selama ini UTD memiliki bank data bagi para pendonor yang setiap saat dapat dihubungi ketika diperlukan.
“Kalau dikatakan tidak ada itu tidak benar. Kita masih ada stok darah yang cukup karena saat ini stok darah yang ada di UTD itu masih cukup banyak, masih bisa untuk mengkafer pasien kita. Dan ketersedian pendonor itupun kita punya sistem calling donor, jadi jika sewaktu-waktu ada donor yang diperlukan, maka kita punya bank data yang setiap saat dapat dihubungi via WhatsApp group. Pada saat sistem rekrut pendonor itupun kita akan mengambil pendonor yang benar-benar lulus dalam kriteria donor” jelas dr. Mona.
Selanjutnya, dr. Mona juga mengatakan setiap bulannya UTD RSUD Natuna telah menyimpan stok darah 4 kantong setiap golongan. Jika direalisasikan dengan banyaknya pasien masuk rumah sakit memang pasti akan kurang dengan stok sedemikian. Hal itu dijelaskan dr. Mona dikarenakan masa kadaluarsa penyimpanan darah hanya dapat disimpan selama satu bulan, apabila dalam satu bulan darah tidak terpakai maka darah tersebut tidak baik untuk digunakan lagi. Oleh sebab itu, pihak UTD hanya akan menyimpan stok darah tidak lebih dari 4 kantong tiap golongan agar darah tidak terbuang dengan percuma. Namun jika sewaktu-waktu ada kasus tertentu yang membutuhkan darah banyak, maka pihak UTD dengan segera mencari pendonor melalui sistem bank data tersebut.
Selain itu, Ketua Palang Merah Indonesia (PMI) Kabupaten Natuna Dra. Hj. Ngesti Yuni Suprapti mengatakan, hadirnya PMI adalah untuk membantu pemerintah di bidang kemanusiaan yang salah satunya seperti penanganan terhadap kekurangan darah ini. Di kabupaten Natuna, PMI belum memiliki manajemen untuk mengelola UTD, tugas PMI terkait dengan taranfusi darah ini hanya sebagai penggerak, mensosialisasikan dan menyediakan relawan untuk membantu dalam hal berhubungan dengan kemanusiaan.
“Jadi kami sebagai PMI selalu menggerakkan masyarakat untuk selalu melakukan donor darah. Maka kita selalu kerja sama, jangan sampai terjadi tumpang tindih tugas dan fungsi. Karena UTD ini tidak dikelola oleh PMI, lain seperti di Batam dimana PMI berdiri sendiri, disitu mempunyai UTD dan mengelolanya” tutur Ngesti.
Ngesti juga mengemukakan alasan bahwa PMI Kabupaten Natuna belum dapat berdiri sendiri terkait dengan transfusi darah tersebut dikarenakan dalam mengelola transfusi darah perlu adanya sumber daya manusia, infrastruktur dan sarana prasarana.
“Untuk itu kita pelan-pelan. PMI selalu membantu pemerintah daerah, salah satunya perhatian kami adalah belum adanya tenaga ahli di bidang transfusi darah. Maka kemarin kami mengajukan proposal kepada CSR untuk dapat memberikan dana pendidikan terhadap anak-anak Natuna untuk sekolah di akademi teknologi transfusi darah. Alhamdulillah tahun ini anak-anak kita ada dua yang disekolahkan di sana melalui dana CSR” lanjut Ngesti.
Pada kesempatan yang sama, Kasi Pelayanan dan Penunjang RSUD Kabupaten Natuna dr. Idhar Karim mengatakan, terkait dengan donor darah selama ini UTD RSUD Natuna memang sudah saling bekerja sama. Ia mengatakan bahwa PMI ini sebagai ujung tombak UTD, karena ketersediaan personil PMI sangat diperlukan saat merekrutmen para pendonor.
(Diskominfo/Mardi)