Catatan Pimpred untuk Para Jurnalis Kominfo

telaah kritis penetapan hari jadi kota ranai(Artikel Kominfo) – Tidak dapat ditawar-tawar lagi bahwa dunia mengharuskan kita untuk bekerja lebih cepat, praktis, efektif dan efisien. Teknologi telah hadir untuk membantu kita mewujutkan mimpi itu.

Begitu juga halnya dengan para Jurnalis, khususnya para Jurnalis yang tergabung dibawah payung Dinas Komunikasi dan Informatika Kabupaten Natuna. Suka ataupun tidak suka, kita sepertinya tidak mempunyai pilihan lain, kecuali harus patuh dan tunduk dengan tuntutan kebutuhan Informasi masyarakat Zaman-Now. Mereka ingin cepat namun tetap akurat.

Lalu apa yang harus kita lakukan untuk menjawab tantangan tersebut? Jawabannya tak lain tak bukan adalah, pertama kita harus menguasai teknologi informasi itu sendiri. Lalu selanjutnya mata dan telinga kita harus tajam serta peka terhadap semua peristiwa atau kejadian yang terjadi disekitar kita. Selanjutnya Yang tidak kalah penting adalah cerdas dalam memilih Engle-Berita yang akan ditulis. Prinsip Check and Recheck tetap diutamakan, karena media kita milik pemerintah. Jangan sampai kita berkoar-koar anti Hoak, sementara sesungguhnya kita pula sang produser Hoak itu sendiri.

Karena berita ini akan ditulis dan pada gilirannya akan dibaca oleh orang lain, mak kaedah Bahasa Indonesia yang baik dan benar, pasti tidak boleh diabaikan. Sebab bila hal ini tidak menjadi titik tekan dalam penulisan berita, maka sudah dapat dipastikan, berita yang ditulis tidak akan pernah menarik perhatian pembaca atau audience. Yang lebih parah lagi, audience akan beranggapan bahwa penulis berita tersebut tidak layak disebut sebagai seorang “Jurnalis”.

Bukankah seorang Jurnalis itu selalu dianggap sebagai orang yang serba bisa dan tahu segala galanya?

Yah, sebuah predikat yang tidak mudah untuk diraih, tetapi bukan bermakna tidak ada orang yang memperolehnya.

Terlalu banyak wartawan atau Jurnalis kawakan dan lagi terkenal sekàligus disegani, baik dalam maupun luar negeri. Mengapa mereka bisa sementara kita tidak? Oh,…. tidak mungkin dan itu tidak harus terjadi. Kita juga harus bisa!

Well,.. sebagai tambahan catatan, sekedar untuk menyamakan persepsi para Jurnalis kominfo, berikut disampaikan model sekàligus maksud koreksi berita yang dianut oleh Pimpred Kominfo Kabupaten Natuna Natuna saat ini :

“….. sebelum dan sesudah kata atau kalimat yang di tulis, maknanya, kata atau kalimat tersebut sudah benar. Sedangkan kata atau kalimat yang ditulis oleh Pimpred dalam lembaran koreksi, maksudnya kata atau kalimat tersebutlah sebagai pengganti kata atau kalimat yang dianggap kurang tepat”.

Semoga semuanya confirm, dan selamat berkarya.

(Diskominfo/wan_suhardi)