APAKAH INDAH ITU MENURUT ORANG MELAYU

Apakah Indah itu Menurut Orang Melayu

Issued by : H. Wan Suhardi/Wahyu Saputro

Dalam salah satu karya sastra Mendu ada digambarkan tentang sebuah keindahan.”Salangkan hamba Nya yang dijadikan Nya lagi sekian “cantiknya”. Jikalau yang menjadikannya berapa lagi. Makin bertambah-tambah tauhid dan tasdiknya akan Tuhan Malik Al-Manan”, udjar Dewa Mendu, (Chambert-Loir, 1980:109).

Ungkapan ini tersemat dalam kisah Hikayat Dewa Mendu. Kisanya bermula ketika Dewa Mendu menemukan Putri Siti Mahdewi berubah wujud menjadi seokor Gajah Putih. Seisi istana kerajaan Langkadura panik, karena putri kerjaan satu-satunya yang cantik dan jelita berubah mejadi seekor Gajah Putih. Berita duka itupun sampai terdengar ke telinga Dewa Mendu yang berasal dari kayangan.

Petikan kisanya menyubutkan : “Maka Bagindapun tersenyum seraya membawa satu Isim Alah, lalu ditiupnya kepala Gajah Putih itu tiga kali, maka dirasakan oleh Tuan Putri itu sejuk segala anggota badannya, seketika itu pula ia kembali seperti sediakala menjadi manusia Setelah Dewa Mendu melihat wajah tuan Putri, maka ia pingsang seketika. Lalu Putri itupun meniup kepala Dewa Mendu, maka Dewa Mendupun sadar akan dirinya. Lalu ia mengucap  seraya memuji Tuhan seru sekalian alam”.

Menurut para cendikia Melayu, Petikan kisah diatas menggambarkan aspek ontologis, salah satu aspek terpenting dalam estetika Melayu yang senentiasa mengaitkan keindahan duniawi atau lahiriyah dengan keindahan ilahiyah sebagai pernyatan “Rupa Maha Sempurna”. Kecantikan duniawi seperti yang tersirat dalam hikayat Dewa Mendu itu, baru akan dapat mencapai derajat kesempurnaan apabila ada penggabungan antara “Seri Gunung dan Seri pantai” (kecantikan yang terlihat dari jauh dan kecantikan yang terlihat dari dekat), yang dikatakan sebagai “Sadu Perdana” dan “Tujuh Laksana “ bernilai (“Kelas Satu” dan “Tujuh Bintang”) cantik luar dalam nan tiada tolok bandingnya.

Dalam Hikayat Hangtuah salah satu tokoh yang terus mempesona yang digambarkan oleh penulisnya, “Tun Teja” dikisahkan sebagai Tun Teja Ratna Benggala, pandai membelah lada sulah. Lalu apakah “Cantik” itu?

Dalam kamus Monolingual Melayu yang pertama, Kitab Pengetahuan Bahasa (1858) mengartikan kata itu, sebagai sesuatu sifat dimana teredapat pada manusia atau lainnya yang memberi kesan indah kepada mata yang memandangnya yang tiada cacat pada pandangan manusia (Raja Ali Haji, 1986:325). Takrif (definisi) tentang molek, cantik, indah, dan elok sebagai lawan dari kata “bodoh”.

Jadi kata Indah menurut orang Melayu, dapat dirujuk sebagai sifat yang indah pada pandangan mata dan indah pula pada titik hati. Hingga indah itu menurut orang melayu adalah sesuatu yang memberi kesan indah pada pandangan keduanya, yaitu pandangan mata dan hati.

Sementara intlektual Melayu lain berpendapat bahwa, indah itu bermula dari mata yang akan memberikan kesan langsung pada hati, hingga ada ungkapan pantun lama yang mengatakan

Dari mana datangnya lintah

Dari swah turun ke kali

Dari mana datangnya cinta

Dari mata turun ke hati

Untuk mengatakan seseorang itu cantik atau tanpan, bagi orang Melayu tidak cukup hanya sekedar dinilai dari raut wajah sesorang, tetapi melainkan lebih ditekankan pada sifat dan tingkah laku serta tutur berbicara santun yang mengacu kepada Syariat Islam. Karena indah menurut pandangan mata itu sangat relatif, atau tergantung dari siapa yang memandang dan menilainya. Dan hasilnya selalu tidak sama, karena standar bakunya tidak ada. Namun bila cantik dan indah tingkah lakunya atau perangainya serta tutur bicaranya, bagi orang Melayu jelas akan mudah terukur, karena standarnya telah diatur dengan sempurna melalui Syariat Islam.