You are currently viewing Partisipasi Program Kopi Pagi dan NBK Diskominfo dalam Evaluasi APE 2020.

Partisipasi Program Kopi Pagi dan NBK Diskominfo dalam Evaluasi APE 2020.

(wartaKominfo) – Verifikasi APE 2020 adalah tahap akhir dari seluruh rangkaian penilaian penghargaan Anugerah Parahita Ekapraya 2020. Dalam Kegiatan tersebut team verifikator yang dipimpin oleh Rini Soerojo bertugas untuk memverifikasi setiap berkas yang dikirim agar memiliki kesesuaian dengan kegiatan yang dilakukan.

Pada kesempatan tersebut, setelah penyampaian presentasi oleh POKJA secara umum. Team verifikator kemudian mengajukan pertanyaan pada masing masing OPD tentang kegiatan serta inovasi yang dilakukan terkait responsif Gender. Rini Soerjono menegaskan “masing masing OPD dapat menjelaskan secara detail mengenai program yang dilakukan yang kemudian melibatkan pengarusutamaan Gender”.

Dalam kesempatan tersebut, Pimpinan OPD Diskominfo Natuna, Raja Darmika menyampaikan “Dalam mendukung Pengarusutamaan Gender dalam proses penyebaran Informasi, salah Satu program yang telah dilaksanakan oleh Diskominfo sendiri adalah Kopi Pagi, program ini bekerjasama dengan RRI Ranai. Sebuah Dialog interaktif yang mengusung isu isu terkini, termasuk didalamnya Isu Perempuan dan anak. Keterlibatan perempuan sendiri diaplikasikan dengan menempatkan perempuan sebagai host pada program tersebut, termasuk dalam pemilihan tema dan Narasumber dengan menyertakan keterwakilan perempuan disetiap kegiatan”.

Selain itu Raja Darmika juga menjelaskan “Selain Program Ngopi Pagi, sebagai bentuk inovasi dari Diskominfo. Kami juga memiliki Program Ngobrol Bareng Diskominfo (NBK). Progam ini memiliki fokus pada millenial dan berita kekinian, tentunya dengan melibatkan perempuan sebagai host. Kami ingin keterwakilan perempuan dapat seperti Program Najwa. Dimana perempuan memiliki ruang untuk berekspresi melalui ide ide kreatif dan berani bersuara”.

Dalam proses akhir verifikasi, Rini Soerjono menyampaikan “Izinkan saya menyampaikan Apresiasi kepada Bapak/Ibu atas kerja keras dan kerja nyatanya dalam lingkungan berkeadilan Gender. Yang lebih penting itu, perlu persamaan perspektif akan pemaknaan Responsif Gender, bahwa ini bukan tentang dominasi salah satunya, tapi adalah sebuah kesempatan yang sama besar untuk menciptakan kesetaraan” tutupnya.

( Diskominfo/Patli)