TEKNIK PENULISAN BERITA

Dalam pembelajaran jurnalistik, ada sebuah ungkapan kalimat motovasi yang lazim dipakai oleh para pengajar, yaitu “ Bila ada kucing makan Ikan, itu bukan berita. Tetapi bila ada Ikan makan Kucing, maka itu baru berita. Nah bila seorang jurnalis mendengar informasi tentang itu atau berita yang serupa lainnya, maka bersegeralah memburu impormasi tersebut.

Kalimat motivasi ini adalah pengetahuan dasara yang ditujukan kepada seluruh jurnalis, untuk dapat membedakan dan memilih mana kejadian atau peristiwa yang berkualitas dan mana yang tidak, untuk dijadikan sebuah berita.

Jadi bila kita sudah dapat membedeakan kejadian atau peristiwa mana yang layak kita kembangkan menjadi sebuah berita, maka langkah selanjutnya tingaal melengkapi unsur 5 W + 1 H nya. Lalu Apa itu 5 W + 1 H?

5 W + 1 H adalah unsur dasar dalam penulisan berita, atau yang sering juga diserbut dengan Element Berita. 5 W adalah terjemahan mudah dari :

  1. W : What (Apa yang terjadi)
  2. W : Who (Siapa pelakunya)
  3. W : When (Kapan/bila terjadi)
  4. W : Where (diamana dimana terjadi)
  5. W : Why (Mengapa terjadi) &
  6. H : How (Bagaimana kejadiannya)

Lihat Gambar : 1.

Gambar 1

Jadi, bila kita mendengar sebuah informasi tentang suatu kejadian atau peristiwa yang menarik dan kita ingin menuliskan beritanya, cukup kita meruntut pertanyaan diatas dan menjawabnya dengan mendapatkan fakta yang sebenarnya, maka jadilah dia sebuah berita yang sederhana, namun sudah memenuhi unsur-unsur baku dalam penulisan sebuah berita. Mudah bukan?

Untuk mempertegas tentang asal usul berita, coba diperhatikan Teori Asal Usul Berita berikut ini :

Gambar 2

Dari pemaparan teori diatas, dapat kita tarik kesimpulan bahwa berita bermula dari sebuah pristiwa atau kejadian, yang tidak diduga sebelumnya dan isinya tidak pernah direncanakan. Selanjutnya bila kita akan menulis kejadian atau peristiwa tersebut menjadi sebuah berita lurus atau berita lempang (Stright News), maka strukturnya menggunakan fola piramida terbalik, seperti yang terlihat pada Gambar :1.

Sebagai contoh, coba kita kembangkan peristiwa diatas menjadi sebuah berita yang menarik. Kejadiannya adalah Ikan makan Kucing. Sekali lagi peristiwa ini hanya sebagai Contoh.

Mari kita mulai, terserah kita mau mulai dari W yang mana. Sebut saja kita mulai dari W yang kedua. Karena pelakunya adalah Ikan yang konon makan kucing. Lalu pertanyaanya adalah, siapa  yang melihat kejadian itu. Sebut saja Pak Karim. Maka langkah selanjutnya kita temui Pak Karim, kita minta penjelasan dari dia. Tentu dari Pak Karim kita akan menemukan jawaban W selanjutnya dan H nya. Kapan kejadian tersebut terjadi, diaman kejadiannya, dan mengapa sampai terjadi. Sebab selain memenuhi unsur 5W + 1 H, berita juga harus memenuhi unsur ABC + 2 S. Apa itu? Lihat Gambar : 3, beritkut ini :

Gambar 3

Dari penjelasan yang panjang lebar dari Pak Karim, pasti kita akan menemukan jawaban mengapa dan bagaimana pristiwa itu terjadi secara akurat dan terpercaya. Dan apabila kita tulis, maka jadilah dia sebuah berita.

Sekali lagi perlu diingat, jangan pernah menulis berita dengan hanya mendengar kabar dari orang lain, yang bukan sumber aslinya. Jangan menggunakan istilah “Katanya”. Pastikan, semua hal yang kita tulis adalah fakta dan akurat. Coba simak tulisan berikut ini :

;”>“Mungkin anda tidak pernah menduga, kalau seekor Ikan ternyata bisa melahap seekor kucing jantan berbobot 10 kg. Peristiwa itu terjadi ketika Pak Karim, seorang nelayan dari Desa A sedang melaut memancing ikan dengan kucing kesayangannya. Sebagai seorang nelayan yang sudah lama ditinggalkan istrinya, Pak Karim menjadikan Kucing Jantan belang tiga itu sebagai teman kesehariannya. Kemana-mana ia selalu bersama kucing dipanggil “Pus” itu.

Ketika ditemui oleh The KMMERS Sahabat Senue di kediamannya di desa A, Pak Karim masih larut dalam kesedihan. Dibenaknya masih terbayang-bayang akan kucing yang sudah dipeliharanya selama lima tahun tersebut, diterkam oleh seekor Hiu besar, di depan matanya sendiri. Menurut Pak Karim, kejadian itu bermula dari sebuah insiden kecil. Selanjutnya kita simak cerita Pak Karim melalui wawancara The KIMMERS Sahabat Senue berikut ini :

INSERT ….

  1. Mengapa Kucing bapak bisa tertangkap hiu? Bagaimana peristiwa itu bisa terjadi?
  2. “Aku tu nak nyampak sauh. Tak nampak oleh aku, kalau tali sauh aku tu, rupanye membelit kaki Pus. Eh,… tahu-tahu, sauh turun, Pus pun ikut turun. Sekali tengok, ikan bedebah tu dah ade dekat sampan. Tak tempoh lagi, langsung disambarnya. Ya,…. Allah, mengapa kau ambik lagi kawan hidup ku……..
  3. Lalu apakah bapak tidak berusaha untuk menyelamatkannya?
  4. Macam mane nak selamatkan lagi, lah langsung kat tekak die.
  5. Apakah sebelumnya bapak tidak melihat bahwa hiu itu sudah ada disekitar sampan bapak?
  6. Dah nampak, …..tapi kan baisenye die tak pernah nagcau kite. Sebab dah selalu macam tu. Tunggu aje nanti, ade masenye kucing makan die lagi. Die pasti kenak buling aku nanti.

(Insert ini akan lebih baik dalam bentuk Video, untuk mendukung akurasi berita, bila ada sarananya).

Dari penjelasan Pak Karim yang panjang lebar, tentu sudah memenuhi unsur Why (mengapa pristiwa itu terjadi) dan unsur How (bagaimana peristiwa itu terjadi). Selanjutnya, kita penuhi unsur Where (dimana peristiwa itu terjadi) dan When (kapan peristiwa itu terjadi). Misal :

Menurut Pak Karim, peristiwa naas itu terjadi sabtu sore, kira-kira pukul 17.30 wib, sekitar 100 mil arah Utara diperairan laut Pulau Senua.

Tuntas sudah. Beritanya berbobot, unsur beritanya penuh, bukan Hoak dan yang membacanya pun puas.

Untuk ketiga kalinya saya mengingatkan bahwa , berita yang dibuat ini hanya sebagai contoh untuk The KIMMERS yang akan menulis berita, dan kasusnya rekayasa serta tidak boleh Di-Share. I’m not an Hoaker, guy.


(WAN. S)